HADHARAH ISLAMIYYAH Headline Animator

Tuesday, April 19, 2011

What happened to the Arab Spring?


E-mailPrintPDF

BBC

Think back to the dramatic events of January and February, when for a moment it seemed Arab dictators were falling like dominoes.

Then look at the bloody stalemate that characterises the region today. The two trailblazers, Tunisia and Egypt, have entered an ambiguous transition as the forces of change confront old elites clinging to power and privilege.

Elsewhere - in Yemen, Syria, Bahrain and above all Libya - the dictators are hanging on, through the violent suppression of protest.

The notion that people power would sweep through the region, erasing the old order like a tsunami, was always illusory. We are wrong to think that everything has changed - or that nothing has changed.

Three lessons stand out.

Lesson 1: All politics is local While Arabs share the same grievances - over autocracy, corruption, the lack of jobs - the expression of these grievances plays out differently in each country. In Egypt the generals were the decisive force in toppling the ruler (which does not make them revolutionaries).

In Syria and Bahrain there is a sectarian dimension fuelled by minority regimes for whom majority rule is especially threatening.

By sending troops into Bahrain, in response to an overblown Iranian threat, Saudi Arabia exacerbated sectarian tension. Libya is different again, because of the lack of a strong centralised state - and because the opposition has called in Western help. In no two cases is the balance of forces identical.

Lesson 2: Islam is part of the picture In origin, the Arab uprisings were nationalistic.

They brought together different groups united by the demand that a hated dictator should go.

But religion has not suddenly disappeared. The question is not whether Islam will play a role in determining the region's future, but what that role will be.

For the moment, Islamist groups - notably the Muslim Brotherhood in Egypt - are speaking the language of democracy and national unity.

The Islamists realise they have a unique opportunity to enter the political arena.

It is an ideal moment to put their democratic pretensions to the test.

A split between a more reactionary Islamist old guard and a more open-minded younger generation is not inconceivable.

Lesson 3: The West is not the driver Western powers, not least the Obama administration in Washington, have been slow to realise the limits of their influence.

They are reacting to events, not driving them. In Yemen, for example, the Americans initially supported President Ali Abdullah Saleh - but then, seeing the writing on the wall, began to distance themselves from him.Even in Libya - the one place where the West has gambled on armed intervention - it is discovering it may not be able to determine the outcome.

However uncomfortable in the short run, in the end that may be no bad thing.

The Bush administration toppled the Saddam Hussein regime in Iraq, with consequences the region is still living with.

This time the pressure for regime change is coming from within. Democratisation will be destabilising. It always is. And getting rid of the dictator does not necessarily produce democracy.

But everywhere the mood has changed. In city after city, the barrier of fear has been breached. In that sense, at least, there can be no going back.

0 comments:

THE METHOD TO ESTABLISH KHILAFAH

video

Blog Archive

archives

Bangsa ini Harus Segera Bertobat

Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Pembaca yang budiman, negeri ini seolah menjadi negeri segudang bencana; baik bencana alam maupun bencana kemanusiaan. Bencana alam ada yang bersifat alamiah karena faktor alam (seperti gempa, tsunami, dll), tetapi juga ada yang karena faktor manusia (seperti banjir, kerusakan lingkungan, pencemaran karena limbah industri, dll). Adapun bencana kemanusiaan seperti kemiskinan, kelaparan serta terjadinya banyak kasus kriminal (seperti korupsi, suap-menyuap, pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, maraknya aborsi, penyalahgunaan narkoba, dll) adalah murni lebih disebabkan karena ulah manusia. Itu belum termasuk kezaliman para penguasa yang dengan semena-mena menerapkan berbagai UU yang justru menyengsarakan rakyat seperti UU Migas, UU SDA, UU Listrik, UU Penanaman Modal, UU BHP, dll. UU tersebut pada kenyataannya lebih untuk memenuhi nafsu segelintir para pemilik modal ketimbang berpihak pada kepentingan rakyat.

Pertanyaannya: Mengapa semua ini terjadi? Bagaimana pula seharusnya bangsa ini bersikap? Apa yang mesti dilakukan? Haruskah kita menyikapi semua ini dengan sikap pasrah dan berdiam diri karena menganggap semua itu sebagai ’takdir’?

Tentu tidak demikian. Pasalnya, harus disadari, bahwa berbagai bencana dan musibah yang selama ini terjadi lebih banyak merupakan akibat kemungkaran dan kemaksiatan yang telah merajalela di negeri ini. Semua itu tidak lain sebagai akibat bangsa ini telah lama mencampakkan syariah Allah dan malah menerapkankan hukum-hukum kufur di negeri ini.

Karena itu, momentum akhir tahun ini tampaknya bisa digunakan oleh seluruh komponen bangsa ini untuk melakukan muhâsabah, koreksi diri, sembari dengan penuh kesadaran dan kesungguhan melakukan upaya untuk mengatasi berbagai persoalan yang melanda negeri ini. Tampaknya bangsa ini harus segera bertobat dengan segera menerapkan hukum-hukum Allah SWT secara total dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Maka dari itu, perjuangan untuk menegakan syariah Islam di negeri ini tidak boleh berhenti, bahkan harus terus ditingkatkan dan dioptimalkan. Sebab, sebagai Muslim kita yakin, bahwa hanya syariah Islamlah—dalam wadah Khilafah—yang bisa memberikan kemaslahatan bagi negeri ini, bahkan bagi seluruh alam raya ini.

Itulah di antara perkara penting yang dipaparkan dalam tema utama al-wa‘ie kali ini, selain sejumlah tema penting lainnya. Selamat membaca!

Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Add This! Blinklist BlueDot Connotea del.icio.us Digg Diigo Facebook FeedMeLinks Google Magnolia Ask.com Yahoo! MyWeb Netvouz Newsvine reddit Simpy SlashDot Spurl StumbleUpon Technorati
Cetak halaman ini Cetak halaman ini      

-->
EDITORIAL
10 Jan 2010

Ketika berbicara di televisi BBC, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown menyerukan intervensi lebih besar dari Barat di Yaman dan menyerang tuntutan bagi kekhalifahan dunia di dunia Muslim sebagai sebuah “ideologi pembunuh” dan suatu “penyimpangan dari islam “.
Taji Mustafa, Perwakilan Media Hizbut Tahrir Inggris berkata: “Gordon Brown, seperti halnya Tony Blair yang memerintah sebelumnya, berbohong [...]

Index Editorial
Leaflet
No Image
09 Jan 2010
بِسْـــمِ اللهِ الرَّحْمٰـــنِ الرَّحِيـــم Sia-sia Saja Menggantungkan Harapan Kepada Rencana-rencana Pemerintahan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP)! Pemerintahan Partai Keadilan dan Pembangunan...
Index Leaflet
KALENDER
January 2010
Mon Tue Wed Thu Fri Sat Sun
   
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
  • 1/24/2010: Halqah Islam dan Peradaban edisi 16
POLLING

Islam hanya mengakui pluralitas, bukan pluralisme. Pandangan Anda?

View Results

Loading ... Loading ...
AL-ISLAM
Al-Islam

ACFTA-PASAR BEBAS 2010: “BUNUH DIRI EKONOMI INDONESIA”

Mulai 1 Januari 2010, Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negara ASEAN dan Cina. Sebaliknya, Indonesia dipandang akan mendapatkan kesempatan lebih luas untuk memasuki pasar dalam negeri negara-negara tersebut. Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan dari perjanjian perdagangan bebas antara enam negara anggota ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam) dengan Cina, [...]

Index Al Islam

EBOOK DOWNLOAD
Ebook Download

Download buku-buku yang dikeluarkan Hizbut Tahrir, dalam bahasa Indonesia, Arab dan Inggris.

Download disini

RSS NEWSLETTER
Powered By Blogger

Followers