KETIKA MENGHAPUSKAN KHILAFAH UMAT ISLAM
Selasa, 3 Mac 2009 genap 85 tahun, titik hitam dalam sejarah umat islam, tepatnya pada 3 March 1924, kekhilafaan islam yang berpusat di Istanbul, Turki dinyatakan bubar secara rasmi oleh Mustafa Kamal Atartuk laknatullah, seorang keturunan Yahudi dunami dan dibesarkan oleh musuh-musuh islam. Padahal, kekhilafaan islam merupakan wujud nyata penyatuan, kekuatan, dan kepimpinan umat islam di dunia.
Sejak khilafah islamiyah di Turki dihancurkan, Turki sendiri kemudian berubah secara revolusi menjadi Negara sekular. Mustafa Kamal Atartuk-yang diputarbelit oleh sejarah sebagai Tokoh Turki Modern, telah dengan ganas dan kejam membersihkan seluruh symbol islam yang ada di Turki. Dia, antara lain, mengahapuskan huruf-huruf Arab, melarang pemakaian jilbab, menutup madrasah-madrasah islam, serta memupus peradilan islam. Semua itu diganti dengan sesuatu yang berbau barat. Sedemikian dengkinya Mustafa Kamal Atartuk terhadap ajaran islam hingga azan pun diganti dengan menggunakan bahasa Turki. Belakangan , sekulerisasi ala Turki dijadikan Model oleh para penjajah barat bagi negeri-negeri islam yang selama ini berada dalam cengkeraman mereka.
Dengan berbagai dinamiknya, kekhilafaan islam tumbuh dan berkembang menjadi penegak dan penjaga syariat islam. Sejak masa sahabat, tabiin dan generasi setelahnya, kaum muslimin tidak pernah berlepas diri dari kepimpinan para khilafah. Khilafah menjadi “mercusuar cahaya islam” dalam menyebarkan dakwah sekaligus sebagai bukti keadilan syariat islam bagi seluruh umat manusia. Dengan tegaknya kekhilafaan, seluruh umat manusia, baik muslim maupun non muslim, merasakan kemanan dan ketenteraman hidup. umat islam merasakan betapa jiwa, harta, kehormatan dan tempat-tempat suci mereka dilindungi. Setiap kali mucul kezaliman dan penindasan yang menimpa umat islam, kalifah dengan serta merta maju menjadi pelindung sekaligus penolong umat islam. Selama 1300 tahun,kaum muslimin merasakan islam secara nyata sebagai ideologi dan sistem hidup yang menebarkan kebenaran, keadilan dan kemuliaan. Semua ini merupakan bukti real sejarah yang tidak ditolak oleh seorang sejarawan pun.
Hanya saja, pada saat yang sama selama 1300 tahun pula, musuh-musuh islam, terutama kaum kafir Yahudi dan Nasrani, tidak henti-hentinya menebar kebencian, perpecahan dan penghancuran umat islam dan khilafahnya. Mereka telah membuat berbagai maker untuk menghancurkan umat islam dan kesatuan khilafahnya. Selama kaum muslim tetap berpegang teguh pada ajaran islam, berbagai upaya makar mereka selalu gagal tanpa hasil. Sebaliknya, ketika kaum muslimi terlena oleh kenikmatan dunia sembari menjauhi ajaran islam dan terbawa pengaruh budaya kafir Eropah, barulah kaum kafir Yahudi-Nasrani mulai menemukan celah bagi penghancuran Khilafah Islamiyah. Puncaknya adalah mereka, di bawah kepimpinan Inggeris dan Perancis, menyusupkan Mustafa Kamal sebagai struktur pemerintahan dan militer di Turki, lalu menyusun senario jahat dan tipu dayanya untuk memaksa Turki mengubah bentuk daulah khilafah islamiyah menjadi Negara nasionalis-sekuler. Adanya senario jahat dan tekanan terhadap khalifah terakhir yakni Sultan Abdul Hamid II ibn Abdul Majid, terlihat nyata dari surat beliau ketika diasing ke Salonika yang dikirim kepada Syaikh Mahmud Abu Syamad. Surat yang ditulis tanggal 22 September 1909 itu, antara lain berbunyi demikian:
.... Aku meninggalkan kekhalifaan bukan keran perkara lain, tetapi kerana adanya tekanan dan ancaman dari orang-orang kelompok Cun Turk (Jeunu Turk=Organisasi persatuan). Sebenarnya orang-orang ini pernah berulang mendesakku agar mendirikan negeri nasionalis Yahudi di Palestina, namun aku tidak mahu melakukan hal yang memalukan itu. Meski akhirnya mereka menjanjikan wang sebesar 150 juta pound sterling emas, aku tetap menolaknya dengan menjawab, “Seandainya kalian membayar dengan seluruh isi bumi, aku tidak akan menerima tawaran kalian”. Tiga puluh tahun aku mengabdi untuk islam dan kaum muslimin. Aku takkan mencoreng sejarah emas islam dari pendahuluku, para khalifah”.
Mendengar hal itu mereka dengan ketakutan rahsianya memaksaku menerima keputusan itu(pembubaran kekhilafaan). Aku bersyukur kepada Allah, kerana aku menolak mencoreng khilafah Uthmaniyah dan dunia islam pada umumnya dengan noda abadi yang diakibatkan oleh berdirinya Negara yahudi di Palestin…
Kehancuran khilafah islam menjadi ‘lokomotif’ keruntuhan seluruh sendi kehidupan masyarakat islam. Perhatikanlah, begaimana ratapan kaum muslimin di berbagai tempat setelah terhapusnya khilafah islamiyah. Ibarat anak ayam kehilangan ibunya, tidak ada tempat mengadu, tidak ada seorang pemimpin yang mahu menjaga pelaksanaan hukum islam. Tidak ada yang memiliki bala tentera untuk menolong umat islam yang tertindas serta tidak ada yang membantu kaum muslimin yang miskin dan teraniaya.
Tragedi runtuhnya khilafah islamiyah membawa tragedi-tragedi lainnya dalam sejarah dunia islam seperti tegaknya negara Yahudi-Israel di Palestin, dikuasainya Baitul Maqdis oleh israel sang musuh islam, terbentuknya negeri-negeri kaum muslimin atas dasar fahaman nasionalisme yang memecah belah umat serta lahirnya pemimpin yang alergi terhdap ajaran islam dan malah memilih menjadi pengkhdmat negara Amerika dan Eropah. Selain itu, tragedi yang menimpa kaum muslimin terjadi di mana-mana seperti di Afghanistan, Albania, Bosnia, Dagestan, Checnya, Aceh, Maluku, Burma, Uzhbekistan, Irak dll. Dan secara terus menerus tanpa ada seorang pun penguasa muslim yang mahu dan mampu menghentikannya atau menunjukkan kepeduliannya secara nyata. Padahal, para penguasa tersebut adalah pemimpin yang tidak jarang memimpin negara dengan penduduk majoriti muslim dan bahkan negaranya diklaim sebagai negara islam. Kemiskinan bermaharajalela di berbagai wilayah kaum muslimin, padahal wilayah mereka merupakan daerah kaya dengan sumber alam.
Walhasil, ketiadaan khalifah islam ini terbukti membawa rentetan masalah umat yang lebih besar. Oleh kerana itu, hendaknya kita kaum muslimin menjadikan upaya untuk mengembalikan tegaknya sistem khilafah islamiyah sebagai kewajiban terbesar di antara pelbagai kewajiban islam lainnya.
0 comments:
Post a Comment